TUMPEK LANDEP
>> YOUR LINK HERE: ___ http://youtube.com/watch?v=2dTgEUN4ht8
• TUMPEK LANDEP • TUMPEK LANDEP • #SaniscaraKliwonWukuLandepUpacaraTumpekLandep • #KetajamanPikiran • #LandepingIdep • Tumpek Landep adalah hari suci Hindu yang didasarkan pada pertemuan wawaran dan pawukon dalam sistem kalender Jawa-Bali, yakni Saniscara Kliwon (Sabtu Kliwon) wuku Landep. Bagi umat Hindu, hari ini diyakini menjadi otonan atau selamatan bagi semua senjata tajam, alat perang, peralatan dari besi, dan sebagainya (Tim, 2002: 123). Dasar pelaksanaan upacara ini adalah Lontar Sundarigama, yang berbunyi sebagai berikut. “Kunang ring wara Landep, Saniscara Kliwon, puja wali Bhatara Siwa, mwah yoganira Sanghyang Paśupati, puja wali Bhatara Siwa tumpeng putih kuning adan-adanan, iwak sata sarupania, grih trasibang, sedah wah, haturakna ring sanggar. Yoga Sanghyang Sri Paśupati, sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi, astawakna ring sarwa sanjata, lendepaning prang. Kalingania ring wwang, denia paśupati, landeping idep, samangkana talaksanakna kang japamantra wisesa Paśupati” Artinya: Pada hari Wuku Landep, Saniscara Kliwon (Sabtu Kliwon) adalah hari pemujaan Bhatara Siwa dan hari yoganya Sanghyang Paśupati. Adapun sarana untuk pemujaan Bhatara Siwa adalah tumpeng putih selengkapnya, lauknya ayam sebulu-bulu, grih trasibang (ikan asin dan terasi merah), sedah woh, dihaturkan di Sanggar Pamujan (tempat pemujaan). Sementara itu, untuk pemujaan Sanghyang Paśupati dihaturkan, sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi. Babantenan ini ditujukan (di-ayab-kan) kepada semua jenis senjata sehingga bertuah dalam perang. Adapun hakikatnya dalam diri manusia, ialah tajamnya pikiran (idep), untuk itu laksanakanlah japa mantra untuk mendapatkan anugerah Paśupati. Dari uraian lontar tersebut dapat dipahami bahwa ista dewata yang dipuja dalam pelaksanaan Tumpek Landep adalah Bhatara Siwa dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Paśupati. Dengan demikian upacara Tumpek Landep tepat dimaknai sebagai pemujaan kepada Sanghyang Paśupati untuk mendapatkan anugerah berupa tuah (kekuatan/sakti) bagi senjata tajam atau alat-alat perang dan peralatan kehidupan manusia khususnya yang terbuat dari logam. Ini sekaligus menegaskan bahwa upacara Tumpek Landep bukanlah pemujaan kepada besi sebagaimana pemahaman masyarakat yang keliru selama ini. Upaya menyelami kedalaman makna Tumpek Landep dilakukan dengan menyimak kutipan lontar Sundarigama bahwa hakikat Tumpek Landep adalah mengasah ketajaman pikiran (landeping idep). Landeping idep dipandang menjadi spirit Tumpek Landep yang hendak dibangun sang kawi melalui lontar tersebut. Memahami spirit yang ingin dibangun sang kawi dan memadukannya dengan konteks kekinian merupakan langkah hermeneutis yang ditempuh untuk memaknai Tumpek Landep. Dengan menggunakan Sundarigama sebagai landasan berpijak untuk menyelami makna Tumpek Landep maka pemaknaannya tidak kehilangan sentuhan otentik. Di sini lontar Sundarigama diposisikan pada otensitasnya sebagai susastra Hindu yang mengejewantahkan spirit ajaran suci Weda terutama mengenai ācāra agama. Berkenaan dengan upacara Tumpek Landep Seperti dijelaskan dalam Manawa Dharmasastra (II, 6) bahwa ācāra agama merupakan salah satu sumber ajaran agama Hindu. Idhānim dharma pramānamyāha, Wedo ‘khilo dharma mūlam, smrti sile ca tadvidām, ācāra’scaiva sādhūnām, ātmanastustir eva ca Artinya: Seluruh pustaka suci Veda merupakan sumber pertama dari Dharma, kemudian adat istiadat, lalu tingkah laku yang terpuji dari orang-orang bijak yang mendalami ajaran suci Veda; juga tata cara kehidupan orang suci dan akhirnya kepuasan pribadi. Berkenaan dengan pelaksanaan upacara Tumpek Landep menurut isi lontar Sundarigama di atas maka upacara ini difokuskan pada pemujaan Bhatara Siwa dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Pasupati. Adapun tata cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut. (a) Di Sanggar dihaturkan tumpeng putih selengkapnya, lauknya ikannya ayam, grih trasibang (ikan asin dan terasi merah), sedah, dan woh (buah-buahan). Banten ini dipersembahkan kepada Bhatara Siwa. Dengan pangastawa-nya sebagai berikut. “Om Namah Siwaya sarwaya, Dewa-dewa ya wai namah, Rudraya bhuwanesaya, Siwa rupaya wai namah (Siwa Stawa dikutip dari Pudharta, 2008:4); (b) Pada sarana yang akan diupacarai (senjata, alat-alat dari besi, mobil, motor, dan sebagainya) dihaturkan sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, dan canang wangi-wangi. Babantenan ini di-ayab-kan kepada semua sarana tadi dengan puja astawa dipersembahkan kepada Sanghyang Pasupati. • Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu. • Itulah sebabn • Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe • https://www.youtube.com/channel/UCB5R • Facebook: www.facebook.com/yudhatriguna • Instagram: / yudhatrigunachannel • Website: https://www.yudhatriguna.com
#############################
