Ngangsu Banyu
>> YOUR LINK HERE: ___ http://youtube.com/watch?v=CiBs5KzsNkw
Hla niki mên onten, wong nggih nêmu bêja kok (La ini ada [airnya], ini namanya orang [saya] beruntung) , begini kata-kata Mbah Marsih, seorang kulawarga Dusun Purwo (Purwa), sambil menimba air. Sepulang dari ladang sebenarnya ia melewati Kali Kidul, namun Mbah Marsih menggendong kayu, jadi belum bisa ngangsu . Sesampai di rumah ia kembali ke Kali Kidul untuk ngangsu banyu (mengambil air), menggunakan klênthing atau klêndhak atau jun : sebangsa wadah air gerabah; barangkali ia satu-satunya warga Purwo (Purwa) yang masih aklênthing (memakai klênthing). Klênthing yang ia-géndhong sudah tua, ditambali sêmèn sana-sini, setua géndhong yang menali barang apapun yang ia-rekatkan di tubuhnya yang telah tua pula. • Air Kali Kidul (sumber air berupa sumuran/bandhung) ia gunakan untuk olahan minuman dan makanan. Untuk mandi, Mbah Marsih mengambil air dari cluwokan (lubang rembesan air) di dekat rumahnya. Ia hidup sendirian; suaminya telah meninggal beberapa waktu lalu; anaknya mengembara di kota. Kala ditanya: berapa kali akan mengambil air, ia menjawab sekali saja, tak boleh banyak. Tutur cerita, kala purwa jika warga mengambil air di Kali Kidul tidak boleh mengurai rambut, tidak boleh bertopi atau bertutup kepala; jika dilanggar, yang menjaga Kali Kidul marah. • Air sumuran/bandhungan Kali Kidul yang diambil Mbah Marsih memang tinggal sedikit. Malam-pagi hari biasanya agak naik. Paling tinggi satu ember [untuk bangunan] dimiringkan. Jika seseorang ngangsu banyu , harus memikirkan liyan: kebagian air atau tidak. • Rah-hayu banyu! • Dirgahayu Kali Kidul! • #ngangsubanyu #nimbabanyu #klenthing #jun #mbahmarsihngangsubanyu #kalikidul #sumberairaumberhidup #daruratair #ngrajutbanyu #nandurbanyu #paseduluranbanyu #persaudaraanair #sumberairgunungkidul #daksinarga #gunungkidul
#############################
![](http://youtor.org/essay_main.png)