Kwangen













YOUR LINK HERE:


http://youtube.com/watch?v=gwifddNcKjg



   • Kwangen   • Kwangen • #PerlengkapanPancaSembah • #Wangi • #SaranaPersembahyangan • Kata kwangen merujuk pada sarana persembahayangan, selain bunga, air, dan dupa. Kwangen berasal dari kata ‘wangi’ yang artinya ‘wangi’/’harum’/’semerbak’. Karena makna ini, kwangen dikaitkan dengan pemujaan dan upakara yadnya sebagai sarana atau media mengungkapkan rasa bhakti dan dalam megubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kwangen merupakan sarana persembahyanga atau unsur yadnya berbentuk lonjong (kojong) terbuat dari daun pisang, janur, bunga, plawa, porosan, dan uang kepeng. Secara keseluruhan kwangen merupakan simbol Ongkara, aksara suci (pranawa) yang melambangkan Tuhan Yang Maha Esa. Ongkara merupakan wijaksara, Ongkara disebut juga Ekaksara. Sumber-sumber yang menyebutkan kwangen, makna dan penggunaannya di dalam yadnya, antara lain: Lontar Sri jaya Kesunu, Yadnya Prakerti, dll. Pembentuk kwangen mempunyai bentuk, makna, dan fungsi. Masing-masing mempunyai makna, sebagaiberikut: a) Kojong: berbentuk lonjong (dan jika ditekan nampak sebagai bentuk segi tiga), bermakna arda chadra (bentuk setengah lingkaran). b) Sampian kwangen /uras sari / kembang payas / reringgitan terbuat dari janur berbentuk cili, bermakna sebagai nada. c) Uang kepeng (pis bolong): berbentuk pipih bundar 2 biji sebagai lambang windu (nol). Uangnya sendiri juga sebagai simbol sarining manah di dalam beryadnya. d) Porosan silih-asih: terbuat dari kapur, sirih dan daun base ditata sedemikian rupa sebagai simbol Arda Nareswari. Porosan silih asih juga melambangkan dalam pemujaan terdapat hubungan bhakti dan asih. • Porosan silih asih juga bisa dilihat sebagai maithun antara purusa dengan pradhana yang ditemukan di dalam ajaran Tantra. Maithuna bagian dari Panca Ma (Mada, Mamsa, Matsya, Mudra, Maithuna). Sedangkan sikap cakupan tangan saat menyembah bisa dikatakan sebagai bentuk sebuah mudra. Hal ini juga menandakan Siwa di Indonesia (baca: Bali) adalah juga Siwa Tantris, artinya ajaran Siwa yang dipengaruhi oleh ajaran Tantra. • Porosan silih asih juga menyimbulkan Tri Murti: buah pinang: Brahma, Daun base/sirih: wisnu dan kapur: Iswara. e) Bunga dipakai seperti bunga jepun, sandat, cempaka yang segar. Sebagai simbul kesegaran pikiran/perasan memuja Tuhan. Keharuman bunga/kembang juga membantu menciptakan keheningan dan kekhidmatan sembahyang, dan f) Plawa, dedaunan berwarna hijau sebagai simbul ketenangan hati. Kwangen sebagai lambang ongkara, secara Etika aspek siwam (kesucian) menjadi penting, seperti tempat membuat, kebersihan dan kesucian hati ia yang membuat juga sangat penting. Unsur Estetika juga tidak kalah penting karena yang dibangun dari aspek estetika adalah unsur rasa. Agama itu masalah “rasa”. Lalu, selain sebagai sarana persembahayangan, dimana saja kwangen digunakan dan apa fungsinya ? Kwangen digunakan pada upacara: 1) Dewa Yadnya: Kwangen digunakan sebagai pelengkap banten tebasan, prayascita, dan beberapa jenis sesayut. 2) Rsi Yadnya: kwangen digunakan sebagai pelengkap banten tebasan. 3) Pitra Yadnya: kwangen digunakan pada saat upacara mebersih/mersihin sawa yang diletakkan pada bagian badan tertentu dengan jumlah kwangen dan uang kepen tertentu; kwangen di sini berfungsi sebagai pengurip; 4) Manusa Yadnya: kwangen digunakan pada upacara ngotonin, potong gigi, perkawinan, dan sebagainya dan pada upacara 5) Bhuta Yadnya: kwangen digunakan di dalam upacara memakuh, mecaru, mendem pedagingan. Dalam pedagingan berfungsi sebagai Panca Datu. Lalu ada pertanyaan, oleh karena semakin sulit mendapatkan uang kepeng (pis bolong) bisakah diganti dengan uang kertas? Jawabannya tegas , tidak. Yang dipentingkan bukan nilai nominalnya, namun bentuk yang bundar dan bahan-bahan yang digunakan (yaitu Panca Datu). Bisakah uang kepeng (pis bolong) diganti dengan uang logam? Bisa, asalkan bentuknya bundar dan terbuat dari unsur-unsur panca datu. Kwangen sebagai simbol Ongkara adalah simbol Tuhan dan manusia sebagai Penyembah memandang dirinya sebagai Ongkara. Di dalam teks Jnana Siddhanta: Sang Hyang Ongkara, yan ring raga: dada: okara, bahu: arda chandra, sirah: windu, sikha: nada. Yang ring dalem: paru-paru: okara, limpa: ardha candra, hati: windu, ampru: nada. Pada pemujaan seorang pendeta (sadhaka), sarana-sarana pemujaan disebut Siwakrana juga ada unsur-unsur Ongkara: Tripada sebagai Arda Chandra, siwamba sebagai Windu, dan sesirat sebagai Nada. [Cek di teks Jnana Siddhanta). • Tubuh manusia sebagai tempat bersemayamnya roh (atma) oleh karena sangat penting usaha-usaha penyucian diri. • Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu. • Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe • https://www.youtube.com/channel/UCB5R • Facebook: • www.facebook.com/yudhatriguna • Instagram: •   / yudhatrigunachannel   • Website: • https://www.yudhatriguna.com

#############################









Content Report
Youtor.org / YTube video Downloader © 2025

created by www.youtor.org