Petronas Terancam Bangkrut Tapi Pertamina Makin Jaya
>> YOUR LINK HERE: ___ http://youtube.com/watch?v=TNaLDPE1Y-g
Perusahaan minyak Malaysia Petroliam Nasional Bhd atau Petronas berencana memangkas belanja operasi dan modal hingga sebesar 50 miliar ringgit (Rp 158 triliun) dalam empat tahun ke depan. • Demikian dilaporkan Market Watch berdasarkan memo internal perusahaan. • Turun naiknya harga minyak bakal memangkas pendapatan dan laba Petronas. • Beberapa proyek domestik dan internasional juga bisa menjadi rugi. • Petronas adalah sumber pendapatan terbesar pemerintah Malaysia, yang mencakup sekitar 30 persen anggaran tahunan. • APBN Malaysia didasarkan pada asumsi harga minyak US$ 48 per barel untuk Brent. • Hal ini juga berdampak terhadap perusahaan migas lainnya. • Dua perusahaan migas asing telah undur diri dari bisnis Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. • Belum lama ini PT Total Oil Indonesia, unit bisnis perusahaan migas Prancis Total di Indonesia, memutuskan untuk menutup semua bisnis SPBU sejak akhir 2020. • Keputusan Total ini menyusul perusahaan migas asal Malaysia Petronas yang telah memutuskan menutup bisnis SPBU-nya lebih dahulu pada 2012 lalu. • Melihat kondisi ini, apakah bisnis SPBU di RI masih prospektif dan menguntungkan? • Persentase margin dari bisnis SPBU memang kecil. • Meski demikian, omset penjualan SPBU di Indonesia lumayan besar. • Oleh karena itu, ini menjadi alasan perusahaan migas asing lainnya memutuskan masih bertahan di bisnis SPBU di Tanah Air. • Jika dibandingkan dengan Amerika dan Eropa, margin penjualan BBM di dua benua itu memang lebih besar. • Namun, omset penjualannya relatif lebih kecil dibandingkan bisnis SPBU di Indonesia. • Setidaknya ada lima faktor yang menentukan perkembangan dan keberlangsungan bisnis SPBU di Indonesia. • Pertama, kebijakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dalam hal ini khususnya untuk harga bensin dan biodiesel yang diatur oleh pemerintah (administered price), seperti solar dan bensin RON 88 atau dikenal dengan merek dagang Premium di Pertamina. • Kedua, mengenai kebijakan distribusi BBM, dalam hal ini dikenal adanya BBM penugasan dari pemerintah kepada badan usaha. • Ketiga, volume dan distribusi dari market. • Keempat, ketersediaan infrastruktur penunjang seperti tangki penyimpanan, jaringan, dan jalur logistik dan distribusi. • Dan terakhir, citra merek dagang (brand image) dan loyalitas konsumen menurutnya juga menjadi faktor pemicu berkembang atau tidaknya bisnis SPBU di Tanah Air. • Tidak mudah bagi perusahaan swasta atau pemain bisnis retail BBM non Pertamina untuk bisa bertahan dan berkembang karena harus menghadapi kelima faktor di atas. • Secara umum, lanjutnya, faktor-faktor tersebut lebih menyokong ke bisnis Pertamina. • #petronas #pertamina #minyak #gas #indonesia #malaysia #viral
#############################